
Ujian Keimanan: Antara Cobaan dan Nikmat dari Allah SWT
Musi Banyuasin (29/1/2025) ldiimuba.or.id – Dalam perjalanan kehidupan, setiap orang beriman pasti menghadapi berbagai cobaan dari Allah SWT. Cobaan tersebut datang dalam bentuk yang menyenangkan maupun yang membebankan, sebagai bentuk kasih sayang-Nya dalam membimbing hamba-Nya menuju jalan yang lurus.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
وَقَطَّعْنٰهُمْ فِى الْاَرْضِ اُمَمًا ۖمِّنْهُمُ الصّٰلِحُوْنَ وَمِنْهُمْ دُوْنَ ذٰلِكَ ۖوَبَلَوْنٰهُمْ بِالْحَسَنٰتِ وَالسَّيِّاٰتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ
“Dan Kami membagi mereka di dunia ini menjadi beberapa golongan. Di antara mereka ada orang-orang yang saleh dan di antara mereka ada yang tidak demikian. Dan Kami menguji mereka dengan nikmat-nikmat yang baik dan bencana yang buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran).”
(QS. Al-A’raf: 168)
Cobaan sebagai Jalan Kemuliaan
Setiap ujian yang menimpa seorang mukmin bukanlah tanpa tujuan. Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Hakim:
إِنَّ اللَّهَ لَيَبْتَلِي الْعَبْدَ وَهُوَ يُحِبُّهُ، فَمَا يُبْتَلَى إِلَّا لِيُكْرِمَهُ
“Sesungguhnya Allah pasti menguji seseorang yang beriman, dan tidaklah Allah memberi cobaan kepadanya kecuali karena Allah hendak memuliakannya.”
(HR. Al-Hakim)
Cobaan yang datang bisa berupa kesulitan, kehilangan, penyakit, atau ujian lainnya. Namun, seorang mukmin sejati akan melihat ujian ini sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, memperbaiki diri, dan meningkatkan kualitas iman serta ketakwaannya.
Nikmat sebagai Ujian Keimanan
Tidak hanya cobaan dalam bentuk kesulitan, nikmat pun bisa menjadi ujian bagi seorang mukmin. Allah SWT memberikan berbagai nikmat seperti kesehatan, kecerdasan, keberhasilan, jabatan, dan kekayaan untuk menguji apakah seseorang bersyukur atau justru menjadi lalai.
Allah SWT berfirman:
وَهُوَ الَّذِيْ جَعَلَكُمْ خَلٰٓئِفَ الْاَرْضِ وَرَفَعَ بَعْضَكُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجٰتٍ لِّيَبْلُوَكُمْ فِيْمَآ اٰتٰىكُمْ ۗاِنَّ رَبَّكَ سَرِيْعُ الْعِقَابِۗ وَاِنَّهٗ لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌۖ
“Dan Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi dan Dia meninggikan sebagian kamu atas sebagian yang lain beberapa derajat, untuk mengujimu terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu sangat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(QS. Al-An’am: 165)
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يُبْتَلِي عَبْدَهُ بِمَا أَعْطَاهُ، فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا، وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ
“Sesungguhnya Allah yang Maha Berkah dan Maha Tinggi menguji hamba-Nya dengan pemberian yang Dia berikan kepadanya. Barang siapa ridho terhadap pemberian Allah yang Maha Mulia dan Maha Agung, maka Allah akan memberkahi pemberian itu dan meluaskannya. Dan barang siapa tidak ridho, maka dia tidak akan mendapatkan keberkahan darinya.”
(HR. Ahmad)
Sikap Seorang Mukmin dalam Menghadapi Nikmat dan Cobaan
Seorang mukmin harus menyadari bahwa nikmat yang diberikan Allah bukan sekadar untuk dinikmati, tetapi juga sebagai amanah yang harus dimanfaatkan untuk kebaikan. Dengan nikmat yang diterima, seseorang harus semakin bersyukur, tidak sombong, tetap menjalankan ibadah dengan istiqomah, serta menggunakan nikmat tersebut untuk meningkatkan ketaatan kepada Allah dan membantu sesama.
Sebaliknya, jika seseorang lalai dalam mensyukuri nikmat, ia bisa terjerumus dalam kesombongan, sifat bakhil, dan lebih sibuk dengan urusan dunia hingga mengabaikan akhirat. Inilah bentuk ujian keimanan yang sering kali tidak disadari.
Sebagaimana firman Allah SWT:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.'”
(QS. Ibrahim: 7)
Kesimpulan
Setiap mukmin harus memahami bahwa baik ujian berupa kesulitan maupun kenikmatan adalah bagian dari ketentuan Allah SWT. Orang beriman harus senantiasa bersabar dalam menghadapi cobaan dan bersyukur atas setiap nikmat yang diberikan. Dengan sikap yang benar dalam menghadapi keduanya, seorang mukmin akan semakin dekat kepada Allah SWT dan mendapatkan kemuliaan di dunia maupun akhirat.
Semoga kita termasuk hamba-hamba yang mampu menghadapi cobaan dengan kesabaran dan menerima nikmat dengan rasa syukur yang mendalam. Wallahu a’lam bish-shawab.
Sekayu,30 Rajab 1446.H