IBU: Kompas Kehidupan
4 mins read

IBU: Kompas Kehidupan

Sejarah Hari Ibu Nasional 22 Desember

Hari Ibu Nasional diperingati setiap tanggal 22 Desember di Indonesia untuk menghormati peran dan perjuangan perempuan, terutama ibu, dalam kehidupan keluarga, masyarakat, dan bangsa. Hari ini ditetapkan berdasarkan Kongres Perempuan Indonesia I yang diselenggarakan pada 22–25 Desember 1928 di Yogyakarta.

Kongres tersebut dihadiri oleh berbagai organisasi perempuan dari berbagai daerah dan menjadi momen bersejarah dalam perjuangan hak-hak perempuan, termasuk pendidikan, peran sosial, dan kesetaraan gender. Tanggal 22 Desember kemudian diresmikan sebagai Hari Ibu oleh Presiden Soekarno melalui Keputusan Presiden No. 316 Tahun 1959, bertepatan dengan ulang tahun ke-25 kongres tersebut.

Hari Ibu kini menjadi momen refleksi untuk menghargai dedikasi para ibu, sekaligus mengingat kontribusi perempuan dalam pembangunan bangsa.

 

 

Kedudukan Ibu dalam Islam: Pilar Utama Kehidupan

Dalam Islam, ibu memiliki kedudukan yang sangat mulia dan istimewa. Ia tidak hanya menjadi penjaga keluarga tetapi juga menjadi kompas kehidupan bagi anak-anaknya. Rasulullah Muhammad SAW menegaskan peran ibu dalam sabdanya yang terkenal: “Ibumu, ibumu, ibumu, kemudian ayahmu” (HR. Bukhari dan Muslim). Pernyataan ini menegaskan bahwa penghormatan kepada ibu berada di atas segalanya, bahkan dibandingkan dengan ayah.

Ibu adalah figur yang penuh kasih, yang rela mengorbankan segalanya demi kebahagiaan anak-anaknya. Mulai dari mengandung, melahirkan, hingga mendidik anak dengan cinta tanpa batas. Al-Qur’an menggambarkan perjuangan ibu dalam QS Luqman:14:
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu; hanya kepada-Kulah kembalimu.”

Ayat ini menegaskan perjuangan seorang ibu yang menghadapi kelelahan fisik dan emosional demi melahirkan dan membesarkan anak.

Ibu sebagai Kompas Kehidupan
Ibu adalah penjaga moralitas dan pembimbing utama dalam keluarga. Ia menjadi “kompas” yang menunjukkan jalan kebaikan, keteladanan, dan cinta kasih. Dalam setiap langkahnya, seorang ibu menanamkan nilai-nilai luhur kepada anak-anaknya. Rasulullah SAW bersabda, “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci). Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi” (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadis ini menggarisbawahi peran penting ibu dalam membentuk karakter dan keyakinan anak. Ibu adalah pendidik pertama dan utama, yang menanamkan nilai agama dan moral sejak dini.

Jasa Ibu: Tak Terhingga dan Tak Tergantikan
Jasa seorang ibu tak terhingga dan tak tergantikan. Dari tangisan pertama bayi, hingga langkah-langkah awal dalam kehidupan, ibu selalu hadir sebagai pelindung dan pendukung utama. Dalam QS Al-Isra:23, Allah SWT berfirman:
“Dan Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janganlah sekali-kali kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik.”

Ayat ini memberikan landasan kuat bahwa bakti kepada ibu adalah kewajiban setiap anak, termasuk menjaga perasaannya, menghormatinya, dan merawatnya dengan penuh kasih sayang.

Kewajiban Anak dalam Berbakti kepada Ibu
Berbakti kepada ibu adalah perintah agama yang memiliki nilai besar dalam Islam. Anak-anak tidak hanya diwajibkan mematuhi dan menghormati ibu mereka, tetapi juga memperhatikan kebutuhan fisik dan emosionalnya. Nabi Muhammad SAW menegaskan, “Keridhaan Allah terletak pada keridhaan orang tua, dan kemurkaan Allah terletak pada kemurkaan orang tua” (HR. Tirmidzi).

Ibu di Era Kekinian: Tantangan dan Harapan
Di era modern, peran ibu menghadapi tantangan baru. Dunia digital, tekanan ekonomi, dan perubahan sosial menuntut ibu untuk menjadi lebih adaptif. Namun, nilai-nilai Islam tetap menjadi fondasi yang kuat bagi ibu-ibu masa kini. Mereka tidak hanya menjadi ibu rumah tangga, tetapi juga pendidik, pekerja, dan pelopor perubahan positif.

Ibu masa kini memanfaatkan teknologi untuk mendidik anak-anak mereka, mengajarkan nilai-nilai agama di tengah derasnya arus informasi, dan memastikan bahwa generasi berikutnya tetap berpegang pada akhlak mulia.

Ibu adalah cahaya kehidupan yang tak tergantikan. Dalam perspektif Islam, ibu adalah figur yang dihormati, dicintai, dan dijadikan teladan. Jasa ibu yang tak terbatas mengajarkan anak-anaknya tentang cinta, pengorbanan, dan nilai-nilai kehidupan. Sebagai anak, kewajiban kita adalah berbakti dan menjaga ibu dengan sepenuh hati, karena surga ada di bawah telapak kakinya. Di tengah dunia yang terus berubah, peran ibu tetap menjadi tonggak utama dalam membentuk generasi yang beriman, cerdas, dan berbudi luhur.(ds)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *