
Enam Thobiat Luhur: Bab Rukun
Kerukunan: Buah Akhlak Mulia dan Cerminan Hati yang Bersih
Kerukunan adalah salah satu pilar penting dalam kehidupan bermasyarakat yang berlandaskan iman dan akhlak mulia. Rukun tercermin dari sifat saling mengasihi, saling memaafkan, dan saling membantu dalam kebaikan. Sikap ini berakar pada hati yang bersih dari sifat tercela seperti iri hati, dengki, dendam, dan rasa benci. Sebaliknya, permusuhan dan perpecahan lahir dari buruknya akhlak serta hati yang dikuasai sifat tercela.
Kerukunan dalam Islam
Islam mengajarkan bahwa kerukunan lahir dari hati yang taqwa dan bersih dari dosa, aniaya, dendam, dan dengki. Rasulullah SAW bersabda:
مَن أَفْضَلُ النَّاسِ؟ قَالَ: كُلُّ مَخْمُومِ الْقَلْبِ، صَدُوقِ اللِّسَانِ. قَالُوا: صَدُوقُ اللِّسَانِ نَعْرِفُهُ، فَمَا مَخْمُومُ الْقَلْبِ؟ قَالَ: هُوَ التَّقِيُّ النَّقِيُّ، لَا إِثْمَ فِيهِ، وَلَا بَغْيَ، وَلَا غِلَّ، وَلَا حَسَدَ
“Siapakah manusia yang paling utama?” Beliau bersabda: “Setiap orang yang bersih hatinya dan jujur lisannya.” Para sahabat bertanya: “Kami mengetahui orang yang jujur lisannya, tetapi apakah yang dimaksud dengan bersih hati?” Nabi bersabda: “Hati yang bertaqwa, bersih, tidak ada dosa, kedzaliman, dendam, dan iri hati.”
(HR. Ibnu Majah)
Kerukunan merupakan penyempurna iman, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا، وَلَا تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا
(“Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman, dan kalian tidak akan beriman hingga kalian saling mengasihi.”)
(HR. Muslim)
Kerukunan sebagai Nikmat Allah
Allah SWT menanamkan benih kerukunan dalam hati orang-orang yang beriman sebagai nikmat yang sangat mahal harganya. Hal ini ditegaskan dalam firman Allah:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا
(“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara.”)
(QS. Ali Imran: 103)
Demikian pula dalam firman-Nya:
وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ ۚ لَوْ أَنْفَقْتَ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مَا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ ۚ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
“Dan Dia (Allah) yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu menginfakkan semua kekayaan yang ada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, tetapi Allah yang mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
(QS. Al-Anfal: 63)
Kerukunan: Pertautan Hati Orang Beriman
Ketika seorang mukmin menerima hidayah, Allah melembutkan hatinya sehingga ia merasakan cinta terhadap sesama mukmin, meski belum pernah bertemu sebelumnya. Rasulullah SAW bersabda:
الْأَرْوَاحُ جُنُودٌ مُجَنَّدَةٌ، فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ، وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اخْتَلَفَ
“Roh-roh manusia adalah seperti pasukan yang dikumpulkan. Roh-roh yang saling mengenal akan bersatu, sedangkan roh-roh yang saling tidak mengenal akan berselisih.”
(HR. Bukhari)
Kerukunan sebagai Satu Tubuh
Kerukunan orang beriman digambarkan seperti satu tubuh. Rasulullah SAW bersabda:
تَرَى الْمُؤْمِنِينَ فِي تَرَاحُمِهِمْ وَتَوَادِّهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ كَمَثَلِ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى عُضْوًا تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ جَسَدِهِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
“Engkau melihat orang-orang beriman dalam hal kasih sayang, cinta, dan kelembutan mereka bagaikan satu tubuh. Ketika satu anggota tubuh sakit, maka seluruh tubuh ikut merasakan dengan tidak bisa tidur dan demam.”
(HR. Bukhari, dari Nu’man bin Basyir)
Kerukunan bukan hanya tanda kebaikan akhlak, tetapi juga salah satu bentuk nyata dari keimanan dan ketaqwaan. Mari terus menjaga kerukunan dalam kehidupan sehari-hari demi meraih ridha Allah SWT.
Wallahu a’lam
19 Rajab 1446.H/ 18.1.25 M
Ponpes Taufiqurrohman Sungai lilin,
Daud Sobri,Ketua LDII MUBA