
Gabah “diinteri”
Balai Agung (3/2/25) ldiimuba.or.id Syahdan Guru mengaji Kami membuka materi pengajian dengan pengantar.
Peribahasa Jawa “Ibarat gabah diinteri, seng mentes tetep ndhuk jeru, seng gabug metu katutan angin”
menggambarkan proses seleksi alami dimana hanya yang berkualitas akan bertahan, sementara yang lemah atau kosong akan tersingkir.
Di tengah ujian kehidupan, manusia ibarat gabah yang diinteri—dipisahkan antara yang bernas dan yang gabug. Mereka yang memiliki kualitas sejati, keteguhan hati, dan kebijaksanaan akan tetap bertahan di dalam, seperti gabah mentes yang berisi penuh. Sementara itu, mereka yang lemah, tak memiliki keteguhan, atau hanya tampak kuat di luar tapi kosong di dalam, akan terbawa oleh angin kehidupan, tercerai-berai tanpa arah.
Seperti halnya proses menampi gabah, hidup selalu menghadirkan ujian yang memilah antara mereka yang sungguh-sungguh dan yang hanya tampak hebat dari luar. Pada akhirnya, hanya yang berkualitas yang akan bertahan dan memberi manfaat, sementara yang rapuh akan hilang tanpa jejak.
Daud Sobri Balai Agung Sekayu Muba