Yudi Latif: Pancasila Adalah Filsafat yang Harus Diterapkan dalam Kehidupan Sehari-Hari
2 mins read

Yudi Latif: Pancasila Adalah Filsafat yang Harus Diterapkan dalam Kehidupan Sehari-Hari

 

Jakarta, 23 November – Akademisi Ilmu Pengetahuan Indonesia (IPI), Yudi Latif, menegaskan bahwa Pancasila merupakan filsafat yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari atau Weltanschauung. Hal ini disampaikan Yudi dalam acara Sekolah Virtual Kebangsaan Sesi I yang digelar oleh DPP LDII pada Sabtu (23/11). Acara ini berlangsung secara daring dan luring di Jakarta.

 

Menurut Yudi, Pancasila menjadi ideologi sekaligus jembatan filosofis yang menggambarkan pandangan dunia bangsa Indonesia. Ia menjelaskan bahwa Weltanschauung berhubungan erat dengan ideologi, yakni cara pandang dan laku yang sudah hidup di masyarakat. “Filsafat adalah pemikiran ilmiah rasional yang bersifat universal, namun tidak semua pemikiran filsafat menjadi pandangan dunia, begitu pula sebaliknya,” jelasnya.

 

Filsafat dan Tata Kelola Pancasila

 

Yudi menguraikan bahwa sila pertama hingga ketiga mencerminkan filsafat dasar negara, sementara sila keempat dan kelima lebih menyoroti tata kelola negara. Para pendiri bangsa, imbuhnya, berhasil mengolah kearifan lokal menjadi sistem filosofi universal yang tercermin dalam Pancasila.

 

“Pancasila tidak hanya sekadar filsafat tetapi juga menjadi pedoman hidup. Untuk itu, diperlukan proses pembumian dan pelangitan nilai-nilainya secara berkesinambungan,” ujar Yudi.

 

Namun, ia menggarisbawahi bahwa pengembangan ilmu politik, ekonomi, dan ketatanegaraan yang berbasis Pancasila belum berkembang secara signifikan. “Masalahnya adalah pelaku yang kompeten untuk mengembangkannya masih minim. Akibatnya, sering kali kita mengambil referensi dari ilmu lain,” ungkapnya.

 

Pancasila sebagai Ideologi

 

Yudi juga membahas perdebatan mengenai status Pancasila sebagai ideologi. Menurutnya, untuk menjadi pandangan ideologi, Pancasila perlu dikembangkan menjadi alat rekayasa sosial. “Sebagai ideologi, Pancasila berfungsi sebagai sistem pemikiran yang koheren, menjadi landasan interpretasi dalam bertindak, serta mengatur sistem politik bernegara,” jelasnya.

 

Nilai-nilai gotong-royong, musyawarah, dan kooperasi yang terkandung dalam Pancasila, kata Yudi, harus tercermin dalam kelembagaan politik yang sejalan dengan nilai-nilai tersebut.

 

Peran Komunitas dalam Pembudayaan Pancasila

 

Yudi menekankan bahwa pembudayaan nilai-nilai Pancasila tidak bisa sepenuhnya diserahkan kepada aparatur negara. Peran komunitas, termasuk komunitas adat, pendidikan, budaya, dan agama, menjadi sangat penting dalam menjaga nilai-nilai tersebut.

 

Ia memberikan apresiasi kepada LDII yang konsisten menjadi jangkar Pancasila. “Negara perlu bergerak bersama komunitas untuk memperkuat nilai-nilai Pancasila. Kolaborasi antara aparatur negara, komunitas, dan sektor swasta sangat diperlukan agar Pancasila tidak hanya menjadi wacana, tetapi benar-benar hidup dalam masyarakat,” pungkasnya.

 

Acara ini dihadiri oleh peserta dari berbagai latar belakang, baik secara daring maupun langsung di kantor DPP LDII, Jakarta. Sekolah Virtual Kebangsaan menjadi salah satu upaya konkret LDII dalam membumikan nilai-nilai Pancasila kepada masyarakat.

editor:Daud Sobri

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *