Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI dan DPP LDII Soroti Tantangan Kebangsaan di Era Media Baru
2 mins read

Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI dan DPP LDII Soroti Tantangan Kebangsaan di Era Media Baru

Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI dan DPP LDII Soroti Tantangan Kebangsaan di Era Media Baru

Jakarta (25/11) – Era media baru yang ditandai dengan masifnya penggunaan ponsel pintar dan media sosial menjadi tantangan berat bagi kebangsaan Indonesia. Ideologi-ideologi yang bertentangan dengan Pancasila kini dengan mudah menjangkau masyarakat tanpa adanya kontrol maupun edukasi yang memadai. Hal ini diungkapkan Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI, Singgih Januratmoko, dalam acara Sekolah Virtual Kebangsaan (SVK) yang diselenggarakan oleh DPP LDII pada Sabtu (23/11).

“Bahaya radikalisme agama hingga pemujaan kebebasan individu yang mengabaikan nilai moral bangsa kini langsung menyerang masyarakat melalui ponsel. Tidak ada lagi penyaring, kontrol, atau edukasi sehingga membahayakan kehidupan berbangsa,” kata Singgih.

Acara SVK, yang diikuti lebih dari 1.500 peserta dari DPW dan DPD LDII di 37 provinsi, membahas strategi mempertahankan nilai-nilai Pancasila di tengah gempuran budaya global. Singgih menegaskan bahwa radikalisme agama, hedonisme, dan konsumerisme semakin mudah memengaruhi masyarakat, termasuk keluarga, melalui media sosial.

Peran Strategis LDII dalam Menjaga Kebangsaan

Singgih mengapresiasi peran LDII dalam menjaga kebangsaan melalui pendidikan nilai-nilai Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI. “Pemerintah tidak dapat bekerja sendiri. Peran ormas seperti LDII sangat strategis dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan di tengah masyarakat,” ujar Singgih.

Ketua DPP LDII, KH Chriswanto Santoso, menyoroti tantangan nasionalisme di era globalisasi dan pasar bebas. Menurutnya, tekanan global telah menggerus kekuatan negara-bangsa, sementara dinamika internal, seperti ketidakadilan dan kurangnya kesejahteraan, memperburuk situasi. “Kita memerlukan negara yang kuat untuk melindungi rakyatnya,” tegas Chriswanto.

Pancasila sebagai Panduan Hidup

Akademisi Ilmu Pengetahuan Indonesia (IPI), Yudi Latif, menekankan pentingnya Pancasila sebagai pandangan hidup sehari-hari (Weltanschauung). Ia menilai nilai-nilai gotong-royong, musyawarah, dan kerja sama dalam Pancasila harus diterapkan melalui kelembagaan yang relevan.

“Komunitas memiliki peran penting dalam membudayakan nilai-nilai Pancasila. Negara perlu bekerja sama dengan komunitas adat, pendidikan, dan agama untuk menjaga filosofi kebangsaan ini. LDII konsisten menjadi jangkar Pancasila,” kata Yudi.

Acara SVK ini menjadi momentum untuk menyegarkan semangat kebangsaan di tengah tantangan era digital. Kolaborasi antara pemerintah, komunitas, dan sektor swasta menjadi kunci untuk memperkuat nilai-nilai luhur bangsa.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *