
Ketum DPP LDII: Idul Fitri Momentum Perbaikan Demokrasi dan Akhlak Bangsa
Jakarta, 30 Maret 2025 ldiimuba.or.id – Ketua Umum DPP Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), KH Chriswanto Santoso, mengajak seluruh elemen bangsa menjadikan Idul Fitri 1446 H sebagai momentum refleksi dan perbaikan, baik dalam berdemokrasi maupun dalam menjaga akhlak berbangsa.
Menurutnya, esensi demokrasi Indonesia bukanlah demokrasi liberal, melainkan demokrasi gotong-royong. Demokrasi ini menekankan penyelesaian perselisihan secara konstruktif, di mana kebijakan yang tidak disetujui oposisi dapat direkonstruksi agar bermanfaat bagi seluruh rakyat.
Demokrasi Berbasis Pancasila dan Kebersamaan
KH Chriswanto menegaskan bahwa demokrasi di Indonesia dijiwai oleh Pancasila yang menjunjung tinggi nilai-nilai gotong-royong. “Demokrasi kita bukan demokrasi bebas menghujat, tetapi demokrasi yang merekonstruksi kebijakan agar selaras dengan kepentingan umum,” ujarnya.
Ia menyoroti pentingnya semangat kebersamaan dalam membangun bangsa, mengingat sejarah krisis moneter 1998 yang berujung pada krisis sosial. “Demonstrasi yang berakhir dengan kekacauan justru memperburuk penderitaan rakyat,” katanya.
Idul Fitri: Waktu untuk Bersihkan Hati
Dalam kesempatan ini, KH Chriswanto mengingatkan umat Islam untuk memanfaatkan Idul Fitri sebagai ajang introspeksi dan penyucian hati dari iri serta dengki. Ia mengutip sabda Rasulullah SAW bahwa kedengkian dan kebencian dapat mengikis amal baik seorang Muslim.
“Jika tidak ada kebaikan dari penguasa maupun oposisi, suatu negara bisa mengalami kehancuran,” ujarnya, merujuk pada Surat Al-Hasyr ayat 10. Ia pun menegaskan bahwa perbedaan pendapat tidak seharusnya menjadikan sesama anak bangsa sebagai musuh.
Etika di Media Sosial dan Masa Depan Bangsa
KH Chriswanto juga menyoroti perilaku negatif di media sosial yang berlawanan dengan karakter masyarakat Indonesia yang dikenal ramah. “Indonesia dinilai sebagai salah satu negara dengan netizen paling tidak sopan di dunia. Demokrasi kita terasa panas dan penuh kemarahan tanpa solusi karena saling mencaci,” jelasnya.
Ia mengajak masyarakat menjadikan Idul Fitri sebagai titik balik untuk memperbaiki diri dan menjaga media sosial sebagai sumber kebaikan, bukan ajang provokasi dan permusuhan. “Indonesia terlalu besar untuk dikorbankan demi kepentingan kelompok tertentu. Gunakan media sosial untuk hal yang bermanfaat, bukan untuk menyebar fitnah dan kebencian,” pungkasnya.(Line’s Muba)