
Tiga Fondasi Harmonis dalam Rumah Tangga: Mendengarkan, Memahami, dan Memaafkan Pengajian Sarimbit LDII Balai Agung Bersama H. Daud Sobri
Balai Agung ldiimuba.or.id – Dalam suasana hangat dan penuh kekhusyukan, pengajian sarimbit (suami istri) yang diselenggarakan oleh Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Balai Agung pada Ahad (20/7) menghadirkan , H. Daud Sobri. Dalam pembukaan nasihatnya, beliau mengangkat tema penting tentang fondasi keluarga sakinah, dengan menekankan tiga sikap utama dalam hubungan suami istri: mendengarkan, memahami, dan memaafkan.
Dia menyampaikan ketiga hal ini bukan hanya teori psikologis, tetapi nilai-nilai luhur yang dicontohkan langsung dalam kehidupan rumah tangga Rasulullah ﷺ bersama para istri beliau. “Kalau kita ingin rumah tangga yang diberkahi, lihatlah bagaimana Rasulullah ﷺ memperlakukan keluarganya,” ujar H. Daud mengawali nasihatnya.
1. Mendengarkan
H. Daud menjelaskan bahwa Rasulullah ﷺ adalah pendengar yang sangat baik. Ketika Sayyidah Aisyah RA bercerita panjang lebar, bahkan hingga lama, Rasulullah tidak memotong pembicaraan, tetapi mendengarkan dengan penuh perhatian.
“Mendengarkan itu bukan sekadar mendengar dengan telinga, tapi menyimak dengan hati. Banyak masalah rumah tangga bermula karena tidak ada yang benar-benar mau mendengar,” tegas beliau.
Ia juga mengingatkan agar para suami tidak sibuk dengan gawai ketika istri sedang bercerita, dan begitu pula sebaliknya.
2. Memahami
Lebih lanjut, beliau menguraikan pentingnya saling memahami. Rasulullah ﷺ dikenal sangat lembut dan penuh empati. Beliau memahami kondisi psikologis dan emosional istrinya, bahkan ketika mereka sedang marah atau cemburu.
“Memahami bukan berarti selalu sepakat, tapi berusaha mengerti alasan dan perasaan pasangan. Inilah yang Rasulullah ajarkan dalam akhlaknya,” jelas H. Daud.
Ia juga mengingatkan bahwa rumah tangga bukan ajang mencari siapa yang benar, tetapi bagaimana bisa saling menguatkan dalam kebaikan.
3. Memaafkan
Memaafkan menjadi kunci ketiga yang sangat penting dalam menjaga keutuhan rumah tangga. Rasulullah ﷺ dikenal sebagai pribadi pemaaf, termasuk dalam kehidupan domestiknya. Beliau tidak pernah membalas kesalahan istri dengan amarah, melainkan dengan kesabaran dan kasih sayang.
“Memaafkan adalah kekuatan batin. Jika Rasulullah yang maksum saja bisa memaafkan, apalagi kita yang penuh kekurangan,” kata H. Daud.
Beliau mengingatkan bahwa memaafkan bukan berarti mengabaikan kesalahan, tetapi memilih untuk menjaga hati agar tidak dipenuhi dendam.
Dengan meneladani rumah tangga Nabi Muhammad ﷺ, H. Daud mengajak para jamaah untuk menjadikan akhlak beliau sebagai pedoman utama, bukan hanya dalam ibadah, tetapi juga dalam relasi suami istri. “Rumah tangga yang meniru sunnah Rasulullah, insya Allah akan dilimpahi ketenangan dan keberkahan,” ujarnya menutup nasihat pembuka.
Pengajian sarimbit ini disambut antusias oleh para peserta, dengan suasana yang akrab dan hangat. Rangkaian acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab, tausiyah lanjutan, dan doa bersama untuk mendoakan agar rumah tangga para jamaah diberi kekuatan iman dan kelanggengan hingga akhir hayat.(ds).