KH Chriswanto Santoso: Religiusitas TNI Harus Diperkuat Demi Kedaulatan Bangsa
2 mins read

KH Chriswanto Santoso: Religiusitas TNI Harus Diperkuat Demi Kedaulatan Bangsa

Jakarta, (4/10) ldiimuba.or.id — Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto Santoso menegaskan pentingnya memperkuat sisi religiusitas prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) untuk menghadapi tantangan bangsa yang semakin kompleks. Menurutnya, ancaman masa depan tidak hanya berbentuk perang militer konvensional, tetapi juga mencakup perang siber, disinformasi, radikalisme, hingga krisis energi dan pangan.

“TNI harus adaptif dan terus berinovasi dalam menghadapi perang non-konvensional. Profesionalisme perlu berjalan beriringan dengan penguatan moral dan spiritual prajurit,” ujar KH Chriswanto dalam keterangan pers memperingati HUT ke-80 TNI, Sabtu (4/10).

Ia menilai, anggota TNI yang bertugas di garis depan perlu dibekali iman dan takwa agar mampu bersikap sabar dan menggunakan hati nurani, baik dalam tugas tempur maupun di masa damai. Karena itu, ia mendorong sinergi antara TNI dan organisasi kemasyarakatan keagamaan dalam memperkuat ketahanan moral bangsa.

“Kami mendukung TNI melalui pembinaan generasi muda agar memiliki karakter religius, nasionalis, dan cinta tanah air. Kekuatan bangsa bukan hanya pada alutsista modern, tapi juga pada akhlak dan keteguhan moral rakyatnya,” tambahnya.

KH Chriswanto juga mengingatkan agar TNI senantiasa menjaga netralitas dan setia pada konstitusi. “TNI harus tegak lurus pada UUD 1945 dan tidak dimanfaatkan untuk kepentingan politik sesaat. Kesetiaan TNI hanya kepada rakyat dan Negara Kesatuan Republik Indonesia,” tegasnya.

TNI dalam Lintasan Sejarah: Dari Laskar Rakyat Menuju Militer Modern

Ketua DPP LDII sekaligus Guru Besar Sejarah Universitas Diponegoro (UNDIP), Prof. Singgih Tri Sulistiyono, menilai HUT ke-80 TNI menjadi momentum penting untuk merefleksikan perjalanan panjang institusi pertahanan negara tersebut sejak berdiri pada 5 Oktober 1945.

Menurutnya, TNI telah melewati berbagai fase transformasi. Pada masa revolusi 1945–1949, TNI menjadi garda terdepan mempertahankan kemerdekaan. Periode 1950–1965 ditandai konsolidasi dan penumpasan pemberontakan, namun juga muncul peran ganda militer. Di era Orde Baru, TNI menjadi pilar kekuasaan dengan kekuatan politik dominan, sebelum akhirnya reformasi 1998 mencabut dwifungsi dan mengembalikan TNI ke jalur profesionalisme.

“Sekarang TNI bergerak menuju militer profesional yang modern, melalui modernisasi alutsista, peningkatan kualitas SDM, dan keterlibatan aktif dalam diplomasi pertahanan global,” ujarnya.(ds).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *